TARBIYAH RAMADHAN
TARBIYAH
RAMADHAN
(Mufti Ali*)

Esensi
utama dari tarbiyah ramadhan adalah menghubungkan manusia dengan Rabbul Alamin.
Menghidupkan hati nurani dan mengisi jiwa dengan nilai-nilai keimanan yang
tinggi. Melalui dua program utama: Taqarrub ila-Llah (mendekatkan diri
kepada Allah) dengan ibadah total siang dan malam hari, serta Taqarrub ila
minhajillah (mendekatkan diri dengan konsepsi Allah) dengan interakasi yang
intensif dengan Al Qur-anul karim. Gelar kesarjanaan yang akan diperoleh mereka
yang mengikuti program pendidikan ini adalah "Taqwa". Firman Allah,
"Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertaqwa." (Al Baqarah: 183)
Mendidik
adalah menumbuh kembangkan dengan bimbingan dan pimpinan sedikit demi sedikit
hingga mencapai kesempurnaan. Allah memberikan pimpinan, bimbingan, untuk
tumbuh bagi seluruh makhluqnya yang ada di alam semesta. Setiap makhluq telah
diprogram sedemikian rupa sehingga mencapai kesempuranaan dalam melaksanakan
peran hidupnya. Sebatang pohon mangga telah ditentukan kejadiannya mulai dari
tumbuhnya benih, biji, batang , cabang, ranting.
Allah
menentukan jumlah daunnya yang rimbun dan buah mangga yang akan dihasilkannya.
Bahkan di mulut siapa mangga tersebut akan berkhidmat telah ditentukan Allah.
Itulah taqdir kauni (ketentuan Allah) di alam semesta yang ukuran-ukurannya
pasti.
Secara
fisik manusia pun memperoleh bimbingan rabbaniyah ini. Dia tumbuh berkembang
seperti halnya makhluk Allah lain. Dari setetes air mani yang berisi jutaan spermatozoa,
terjadi zygote pada sel telur ibu, tumbuhlah embrio manusia. Di dalam
rahim ibu janin bayi hidup dan berkembang, kemudian menjadi bayi yang sempurna
kejadiannya dan tidak sempurna. Setelah itu bayi pun dilahirkan Allah dari
perut ibunya. Bayi mungil itu terus tumbuh berkembang menjadi kanak-kanak,
selanjutnya menjadi remaja, kemudian dewasa. Seiring perkembangan phisik,
intelektualitas pun berkembang sehingga manusia kian dewasa kian pintar.
Manusia
yang dipanjangkan usianya kelak menjadi tua, kemudian sangat tua sehingga
pikun. Kemampuan akalnya pun berkurang. Tidak ada yang kekal dan bertahan hidup
terus. Pada akhirnya dia harus menghadap Allah untuk mempertanggung-jawabkan
semua perbuatannya. Kesemuanya dalam program Ilahiyah yang sangat akurat. Namun
manusia bukan hanya makhluk yang bersifat jasmani dan fikiran belaka. Dia
merupakan paduan jasmani ruhani. Bimbingan Allah dan tarbiyahnya untuk
membangun ruhani khas dan istimewa. Itulah tarbiyah rabbaniyah
(ketuhanan) yang disampaikan Allah berdasarkan wahyu yang diturunkan-Nya kepada
hamba-hamba pilihan yaitu para Nabi dan Rasul Alaihimus Salaam.
Dengan
Al Islam, Al Qur-an, Sunnah, dan warisan peradaban Islam - Allah mendidik
manusia mencapai kesempurnaan hidupnya. Wahyu Allah sebagai pedoman hidup
mempunyai keistimewaan sebagai pembimbing hati dan jiwa manusia mencapai
derajat mulia yaitu taqwa.
Al
Qur-an adalah kitabut tarbiyah wal hidayah yang tiada bandingnya dalam
membentuk akhlaq dan pekerti manusia. Telah terbukti selama 15 abad lamanya. Al
Qur-an
merupakan pedoman hidup orang bertaqwa. Bersifat universal, berlaku sepanjang
masa untuk setiap manusia di seluruh penjuru Dunia.
"Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang
yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan-jalan keselamatan, dan dengan Kitab itu
pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari kegelapan kepada cahaya yang
terang benderang dengan seidzin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. "
(Al Maaidah: 16)
Allah mendidik manusia secara khas dengan dua cara: Pertama : tarbiyah talqiniyah dengan
mengutus Jibril untuk mengajarkan Dien-Nya kepada hamba-hamba pilihan (para
Nabi dan Rasul). Secara talqiniyah Jibril memahamkan pada hati Nabi Muhammad Shollallahu
Alaihi Wa Sallam pengertian ayat yang diturunkan kepada beliau.
"Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, Apabila Kami
telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu. Kemudian, sesungguhnya
atas tanggungan Kamilah penjelasan ayat-ayat itu." (Al Qiyamah: 17-20)
Kedua: tarbiyah khafiyah, yaitu
proses kehidupan yang dipenuhi aneka ragam pengalaman batin yang mematangkan
hidup para utusan Allah dan para pengikut mereka yang setia yaitu hamba-hamba
Allah yang mu'min. Nabi Yusuf misalnya, sampai menjadi pemimpin suatu negara
setelah mengelami ujian penderitaan. Dicampakkan ke dalam sumur oleh
saudara-saudaranya, dijadikan budak belian, lulus dari godaan wanita cantik dan
kaya, serta masuk penjara. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Apalagi
pengalaman para Nabi dan Rasul,
Nabi
Muhammad ditempa Allah dengan tarbiyah khofiyah dalam berbagai situasi
dan kondisi yang mematangkan jiwa beliau sehingga pantas menerima hidayah untuk
disampaikan kepada segenap manusia. Bentuk tarbiyah kepada Nabi ini menjadi
lebih istimewa tatkala Al Qur-an telah diturunkan dan ditalqinkan kepada beliau
oleh Malaikat Jibril. Kadang-kadang Allah pun mendidik langsung Rasul-Nya
dengan menurunkan wahyu tanpa perantaraan Jibril.
Hakikat Madrasah Ramadhaniyah adalah tarbiyah khafiyah dan
talqiniyah yang sangat istimewa dalam membangun kesempurnaan jiwa
manusia. Ramadhan bagaikan madrasah, dimana Allah sendiri bertindak sebagai
Guru Maha Pendidik yang mengarahkan setiap murid menuju kesempurnaan ruhaniyah.
Madrasah ini berlangsung selama sebulan penuh, maksimal 720 jam atau 2.592.000
detik. Setiap detiknya sangat berharga sehingga dapat berlipat ganda antara 10
sampai 700 kali lipat.
Bahkan
di setiap Ramadhan ada malam Lailatul Qadar (kl 12 jam) yang lebih baik
nilainya dari 1000 bulan atau dari 720.000 Jam. Ini artinya setiap 1 jam pada
malam itu lebih baik dari 60.000 jam, atau setiap 1 detiknya lebih baik dari
60.000 detik dalam timbangan Allah. Jika anda saat itu berdzikir dengan sekali
mengucapkan "Laa ilaha illa-Llah" secara ikhlas, maka nilainya
lebih baik dari mengucapkan dzikir yang sama 60.000 kali di hari yang lain.
Tarbiyah
khafiyah rabbaniyah
diberikan dengan latihan intensif menahan lapar dan haus, dan hal-hal yang
membatalkan puasa. Tidak itu saja, ruhani mu'min diisi dengan menjauhi maksiat
seluruh anggota tubuh; mata, telinga, mulut, perut, dan lain-lain yang
mengurangi nilai keutamaan puasa. Kemudian mengisi diri dengan ibadah wajib dan
sunnah, sholat-sholat fardhu, rawatib, qiyamul-lail,
memperbanyak sodaqoh, infaq, dan melakukan amal khairat (kebaikan)
sebanyak-banyaknya. Maka akhlaq yang mulia diharapkan menjadi tumbuh
berkembang.
Dalam
Madrasah ini Allah menghendaki setiap mu'min yang mengikuti program Ramadhan
ini meningkatkan interaksinya secara maksimal dengan Al Qur-an. Mereka harus
membaca Al Qur-an sebanyak-banyaknya, mentadabburkan isinya seolah-olah Allah
berbicara langsung kepada dirinya, kemudian mengamalkannya sekuat kemampuan.
Jadikan amaliyah Ramadhan sebagai titik mula pelaksanaan ibadah yang kelak akan
menjadi aktifitas yang berkesinambungan dan terpelihara.
Al
Qur-an yang ditalqinkan kepada Nabi Muhammad dahulu kini berada di hadapan
kita. Tinggal memahaminya dengan tafsir Al Qur-an, hadits, ataupun peri
kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya. Baik dengan mengkajinya sendiri atau
pun dengan bertalaqqi kepada ahlinya. Karena itulah Bulan Ramadhan disebutkan
sebagai bulan turunnya Al Qur-an.
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dengan
yang bathil)." (Al Baqarah: 185)
Turunnya
Al Qur-an ke dalam jiwa kita hanya akan menjadi kenyaatan manakala dalam
kondisi berpuasa dan di malam hari Ramadhan kita menempa diri dengan
Kitabullah.
Oleh
Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam Bulan Ramadhan dibagi tiga fase.
Sepuluh hari pertama dilimpahi dengan rahmat (kasih sayang) Allah yang tiada
terhingga. Sepuluh hari berikutnya dipenuhi dengan lautan ampunan bagi
hamba-hamba Allah yang taat dan bertaubat. Sedangkan sepuluh hari terakhir
merupakan saat-saat pembebasan dari api neraka.
Semakin
hari keberkahan Ramadhan semakin kentara. Terutama bagi mereka yang benar-benar
mengikuti program tarbiyah rabbaniyah. Namun orang-orang yang
mengikutinya pun semakin terseleksi. Para peserta tarbiyah ramadaniyah
mulai dapat dibedakan, mana yang sungguh-sungguh dan mana yang sekedar
ikut-ikutan.
Pada
sepuluh malam terakhir, Nabi mengencangkan ikat pinggang (menjauhi istri) dan
mengkonsentrasikan diri di Masjid untuk beri'tikaf di dalamnya. Nabi menjadikan
masjid sebagai pusat aktifitas beliau sehingga melakukan apa pun di masjid
selama 10 hari.
Beliau
lebih khusyu dalam shalatnya, lebih banyak membaca Kitabullah, lebih
banyak bersedekah kepada fakir miskin.
Beliau
selalu menganjurkan Ummatnya untuk beri'tikaf, bahkan dalam
hadits-hadits tentang Lailatul Qadar, beliau bersabda, "Sesungguhnya
pernah ditampakkan kepadaku Lailatul Qadar, kemudian dijadikan aku lupa, atau
aku lupa kepadanya, maka hendaklah kalian mencarinya pada sepuluh yang akhir;
di malam-malam yang ganjil. Dalam riwayat yang lain hendaklah kalian mencarinya
pada tiap-tiap malam yang ganjil". (Bukhari Muslim).
Rasulullah
menekankan pentingnya mencari Lailatul Qadar karena bila seseorang
beribadah di malam itu dengan ikhlas dan khusyu nilainya sama dengan beribadah
60.000 kali di bulan yang lain. Siapa saja yang bersungguh-sungguh mencapai
puncak penghambaan tentu akan berusaha mendapatkan nilai tertinggi yang dapat
mengangkat derajatnya di sisi Allah. Maka Nabi dan para sahabat beliau telah
mencapai gelar muttaqin karena mendaya gunakan peluang Ramadhan untuk beramal
seikhlas mungkin.
* Sekretaris di PAC
IPNU 2012,2014